Blogroll

Sandra Amalia

Pages

Minggu, 16 Desember 2012

Cinta Adalah Obat Penghilang Rasa Sakit

Percintaan romantis yang dalam seperti obat yang sama efektifnya dengan morfin dan jenis penghilang rasa sakit lainnya, kata para ilmuwan.

Cinta Sebagai Obat Penghilang Rasa Sakit

Perasaan cinta yang dipicu oleh gejolak awal suatu hubungan memblokir rasa sakit fisik seperti cara kerja obat penenang atau penghilang rasa sakit, menurut penelitian.

Para ilmuwan di A.S. menguji teori tersebut pada 15 orang mahasiswa dan mahasisiwi yang berada dalam tahap awal percintaan.

Mereka diperlihatkan foto-foto pasangan mereka sementara alat penghantar panas yang dikendalikan komputer yang ditempatkan pada telapak tangan mereka memberikan rasa sakit dengan dosis ringan.

Pada waktu yang sama, otak para partisipan tersebut dipindai dengan alat pencitraan resonansi magnetik fungsional.

Studi tersebut menunjukan bahwa perasaan cinta yang dipicu dengan melihat foto seseorang yang dicintai berfungsi sebagai penghilang rasa sakit yang sangat manjur.

Memfokuskan pada foto seorang kenalan yang menarik ketimbang pasangan hubungan, tidak memberikan manfaat yang sama.

Hasil pemindaian mengungkapkan bahwa pengaruh cinta bisa dibandingkan dengan morfin atau kokain yang keduanya menargetkan pada "pusat-pusat penghargaan" otak.

Dr. Sean Mackey yang merupakan pemimpin penelitian itu dan kepala Divisi Pengelolaan Rasa Sakit di Pusat Medis Universitas Stanford di California, seperti yang dilansir oleh Telegraph mengatakan: "Ketika orang-orang berada dalam tahap cinta yang penuh gairah dan sangat kuat, ada perubahan-perubahan signifikan pada suasanan hati mereka yang berdampak pada pengalaman rasa sakit mereka."

"Kita mulai menggoda sistem-sistem penghargaan otak dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi rasa sakit."

"Sistem tersebut merupakan sistem yang sangat dalam dan tua pada otak kita yang melibatkan dopamin yaitu neurotransmiter primer yang mempengaruhi suasana hati, penghargaan dan motivasi."

Para ilmuwan merekrut mahasiswa dan mahasiswi Standford yang berada dalam sembilan bulan pertama hubungan romantis.

"Kami sengaja memfokuskan pada tahap awal cinta yang menggelora," kata Dr. Mackey."

"Kami tidak secara khusus mencari hubungan yang lama dan lebih matang."

"Kami menginginkan subyek-subyek yang merasakan euforia, bersemangat, secara obsesif memikirkan orang yang dicintai, mengharapkan kehadiran mereka."

"Ketika cinta yang menggelora digambarkan seperti ini, dalam aspek tertentu kedengarannya seperti kecanduan, ketagihan atau adiksi."

"Kami pikir mungkin ini memang melibatkan sistem otak yang sama seperti yang terlibat dalam kecanduan-kecanduan yang sangat berhubungan dengan dopamin."

Dopamin merupakan salah satu bahan kimia otak yang mengirimkan sinyal-sinyal antar sel saraf atau neuron.

Pusat sistem penghargaan otak membantu kita "merasa nikmat" ketika menikmati pengalaman yang menyenangkan.

Jalur-jalur dopamin sangat dekat berhubungan dengan kecanduan dan penghilangan rasa sakit yang distimulasi oleh morfin dan obat-obatan opioid atau analgesik lainnya.

Penelitian itu menemukan bahwa aktivitas pengalihan asosiasi kata juga mereduksi rasa sakit tapi dengan cara berbeda.

Para partisipan diberikan tantangan mental seperti memikirkan olahraga tanpa bola untuk membawa pikiran mereka menjauh dari rasa sakit.

Tujuannya ialah untuk memastikan bahwa cinta tidak berfungsi hanya sebagai pengalihan atau distraksi.

Para ilmuwan menemukan bahwa baik cinta maupun pengalihan melawan rasa sakit tapi mereka bekerja pada jalur-jalur otak yang sangat berbeda.

Dr. Jarred Younger, rekan peneliti yang juga dari Standford mengatakan: "Analgesia yang distimulasi oleh cinta lebih banyak berhubungan dengan pusat penghargaan otak."

"Hal tersebut nampaknya melibatkan aspek-aspek otak yang lebih primitif yang mengaktifkan struktur dalam yang memblokir rasa sakit pada tingkat spinal (berhubungan dengan tulang belakang) yang mirip dengan cara kerja analgesia opioid."


http://sainspop.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar