Kamis, 11 Oktober 2012 - "Hormon
ini meningkatkan kemampuan respon terhadap informasi sosial dan bisa
berlaku sebagai suatu ikatan sosial yang penting."
Para
peneliti telah menemukan bahwa formula oksitosin — hormon yang
bertanggung jawab untuk membuat manusia menjadi jatuh cinta — memiliki
persamaan efek seperti yang dimiliki ikan, menunjukkan bahwa hormon ini
merupakan regulator utama bagi perilaku sosial yang telah berevolusi dan
bertahan sejak zaman purba.
Penemuan ini, yang dipublikasikan dalam edisi terbaru jurnal Animal Behaviour,
membantu menjawab pertanyaan evolusioner yang penting: mengapa beberapa
spesies mengembangkan perilaku sosial yang kompleks sementara spesies
lainnya lebih banyak menghabiskan waktunya sendirian?
“Kita tahu
bagaimana hormon ini berefek pada manusia,” kata Adam Reddon, pemimpin
riset dan lulusan Departemen Psikologi, Ilmu Saraf & Perilaku
Universitas McMaster. “Ini berkaitan dengan cinta, monogami, bahkan
perilaku yang beresiko, namun belum begitu diketahui efeknya pada ikan.”
Secara khusus, para peneliti memeriksa ikan Neolamprologus pilcher, spesies sangat sosial yang ditemukan di Danau Tanganyika, Afrika.
Ikan-ikan
ini tergolong tak biasa karena mereka membentuk kelompok-kelompok
sosial permanen berdasarkan pasangan kawin yang dominan dan banyak yang
membantu merawat anak-anak serta mempertahankan kawasan mereka.
Untuk
melakukan percobaan, para peneliti menyuntikkan isotosin pada ikan —
oksitosin “versi ikan” — atau mengontrol larutan garam.
Saat
ditempatkan di kawasan persaingan dengan rival, ikan ini menjadi lebih
agresif terhadap musuh yang lebih besar. Namun saat ditempatkan pada
kelompok besar, ikan ini menjadi lebih patuh saat menghadapi agresi dari
anggota kelompok yang lebih dominan. Sinyal ini penting bagi spesies
tersebut karena menenangkan anggota dominan dalam sebuah kelompok, kata
para peneliti.
“Hormon ini meningkatkan kemampuan respon terhadap
informasi sosial dan bisa berlaku sebagai suatu ikatan sosial yang
penting,” kata Reddon, “Ini memastikan ikan untuk menangani konflik
dengan baik dan mempertahankan kekompakan kelompok karena akan
mengurangi dan mempersingkat perkelahian yang merugikan.”
“Kami
sudah tahu bahwa kelas neuropeptida ini merupakan kelas purba dan
ditemukan pada hampir semua kelompok vertebrata,” kata Sigal Balshine,
seorang profesor di Departemen Psikologi, Ilmu Saraf & Perilaku.
“Hal yang khususnya menarik adalah dukungan temuan ini pada gagasan
bahwa fungsi hormon ini, yaitu sebagai modulator perilaku sosial, juga
telah dilestarikan.”
Kredit: Universitas McMaster
Jurnal: Adam R. Reddon, Constance M. O’Connor, Susan E. Marsh-Rollo, Sigal Balshine. Effects of isotocin on social responses in a cooperatively breeding fish. Animal Behaviour, 2012; 84 (4): 753 DOI: 10.1016/j.anbehav.2012.07.021
Selasa, 04 Desember 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar