Selasa, 20 November 2012
- Mungkin anda berpikir kalau sains tidak mampu mengkuantifikasi cita
rasa manusia seperti musik. Tetapi sejumlah penelitian menunjukkan sains
bisa melakukan itu.
Otak Mampu Mengenali Nada “Sedih” dan “Bahagia”
Anda
tidak membutuhkan lirik untuk mengetahui suara musik sedih seperti apa,
misalnya lagu penguburan. Anda juga tahu kalau suara musik bahagia
seperti apa, tanpa pernah mendengarkannya.
Otak
mampu mengenal nada sedih dan bahagia tanpa pengalaman karena tertanam
secara genetik. Dua tipe chord dan skala kunci utamanya yang disebut
sebagai mayor dan minor. Chord mayor cenderung terdengar positif dan
mengangkat, sementara chord minor terdengar horor dan sedih. Anda bisa
melihat perbedaannya dalam video berikut. Di video ini, seniman berusaha
menyanyikan lagu riang “Fur Elise” dengan A mayor, bukannya A minor:
Para
peneliti mencoba meneliti ini dengan mengunjungi suku asli terisolir di
Brazil. Tujuannya adalah mengetahui apakah mereka juga memiliki
persepsi musik “gembira” dan “sedih” seperti kita. Walaupun musik mereka
berbeda sekali dengan kita, mereka menemukan inti emosional dari lagu
sama seperti yang kita akan identifikasi. Ketika terpapar pada pilihan
piano kunci mayor, mereka lebih mungkin memilih gambar dengan wajah
gembira, sementara ketika mendengar piano kunci minor, mereka memilih
gambar wajah sedih atau muram.
Kita
dapat memanipulasi hal ini sehingga musik yang terdengar marah atau
sedih dapat terdengar gembira. Sebagai contoh, mendengarkan lagu heavy
metal menghasilkan reaksi otak yang sama seperti agresi, namun pendengar
dapat lebih tenang dan gembira.
Referensi
Cadwallader, Stuart and Jim Campbell (2007) Gifted students beat the blues with Heavy Metal, British Psychological Society’s Annual Conference, University of York, March 2007.
Coss, S. 2009. The Effects of Heavy Metal Music on Aggression in College Students. Loyola University New Orleans.
Undurraga,
E.A. et al. 2009. Musical Chord Preference: Cultural or Universal? Data
from a Native Amazonian Society. Tsimane’ Amazonian Panel Study Working
Paper #64.
Wikipedia. Circle of Fifths Deluxe 4. http://en.wikipedia.org/wiki/File:Circle_of_fifths_deluxe_4.svg
Wikipedia. Mayor and Minor. http://en.wikipedia.org/wiki/Major_and_minor
Youtube. What “For Elise” Would Sound Like in a Major Key. http://www.youtube.com/watch?v=Y-rZD2AsHbI
Rumus Merangsang Tangisan
Orang
dapat menangis ketika mendengar lagu tertentu. Dua puluh tahun lalu,
seorang psikolog memutuskan untuk mengetahui apa penyebab lagu tertentu
dapat mendorong tombol emosi kita. Ia pertama meminta orang menentukan
lagu yang merangsang reaksi fisik dari para responden, dan menemukan
kalau hampir semua lagu tersebut menggunakan sebuah alat yang disebut
appoggiatura. Appogiatura adalah sebuah nada yang bertabrakan dengan
melodi, namun pecah dengan nada lain yang membawa anda kembali ke lagu.
Coba
anda mendengarkan lagu “The Rainbow Connection”. Perhatikan nada pada
lirik Someday we’ll find it, the rainbow connection. The lover, the
dreamer and me.” ). Frasa ”Someday we’ll find it, the rainbow con- …”
mengikuti pola “da di da di da”. Namun pada”-nec,” terjadi lompatan
nada. Nada G-tajam tidak merupakan bagian dari chord mayor F-tajam
sebelumnya. Ketika “-tion”, nada kembali lagi. Kembalinya nada ini
membuat anda tenang kembali dari gejolak emosi yang hadir.
Lagu
“Someone Like You” dari Adele memanfaatkan appogiatura. Pakar musik
NPR, Rob Kapilow, mengatakan kalau lagu ini populer karena memanfatkan
hal tersebut. Appogiatura hanya satu dari beberapa rumus merangsang
tangisan. Dikombinasikan dengan awal lagu yang lembut kemudian menanjak,
memasukkan instrumen, harmoni, atau suara baru ke dalam bagian tengah
lagu, semuanya mendorong gejolak emosi.
Gejolak emosi ketika orang menangis melepaskan dopamin, sebuah zat mirip heroin yang ada di otak manusia.
Referensi Lanjut
Cracked.com. 2012. 5 Insane Explanations for Stuff Your Body Does Every Day. http://www.cracked.com/article_19913_5-insane-explanations-stuff-your-body-does-every-day.html
NPR Music. 2012. Another Take on the ‘Appoggiatura’. http://www.npr.org/2012/02/14/146888725/another-take-on-the-appoggiatura
Sloboda, J. 1991. Music Structure and Emotional Response: Some Empirical Findings. Psychology of Music, 19:110-120
Sullivan, B. 2012. The Apoplexy over Appoggiatura: An Explanation. http://cassettetheory.wordpress.com/tag/rainbow-connection/
Kecanduan Musik
Otak
pada dasarnya akan menembakkan dopamin setiap orang merasakan atau
melakukan sesuatu yang ‘baik’. Salah satu perbuatan baik tersebut adalah
mendengarkan musik. Dopamin bersifat narkotika sehingga jika anda
merasa lagu tersebut enak, anda akan terus ingin mendengarkannya.
Hal
ini telah dimanfaatkan untuk memanipulasi manusia. Sebagai contoh,
petugas parkir di Chicago mempatenkan sebuah sistem yang membuat lift
mengeluarkan lagu berbeda untuk lantai berbeda, yang membantu konsumen
mengingat dimana ia memarkir mobil. Begitu pula, perasaan anda ketika
mendengarkan sebuah lagu, dapat sepenuhnya mempengaruhi apakah anda
menyukai atau tidak menyukai lagu tersebut. Kondisioning ini begitu
kuat, sehingga ketika ia tertempel, otak anda akan mulai mencari tipe
musik tertentu sehingga ia dapat memanipulasi dirinya sendiri ke kondisi
emosi yang diinginkan.
Musik yang
anda dengar dapat mempengaruhi mood anda dan begitu juga mood anda
mempengaruhi pendapat anda mengenai musik tersebut. Jika seseorang
mengiklankan sebuah produk dengan lagu yang anda asosiasikan sebagai
lagu kenangan buruk, maka anda tidak akan menyukai produk tersebut.
Referensi
Bierley, C., McSweeney, F.K., Vannieuwkerk, R. 1985. Classical Conditioning of Preferences for Stimuli. Journal of Consumer Research, 12(3)
Haring, M. 2011. 5 Things You Do Everyday That Actually Addictions. http://www.cracked.com/article_19426_5-things-you-do-every-day-that-are-actually-addictions.html
Warshauer, M.C. 1987. Multi-Level Vehicle Parking Facility
Wikipedia. Classical Conditioning. http://en.wikipedia.org/wiki/Classical_conditioning
Witchel, H. 2011. You Are What You Hear: How Music and Territory Make Us Who We Are. Algora Publishing.
Pilihan Musik Anda ditentukan oleh Masa Remaja
Menurut
pakar neurosains, Daniel Levitin, pilihan kita akan musik ditentukan
oleh masa remaja. Hal-hal tertentu lebih mudah dipelajari pada saat muda
daripada tua. Ketika otak anda baru dan masih berkembang, ia terus
menciptakan jalur syaraf baru dan berbeda untuk melakukan semua tugas
mental ynag dibutuhkan sepanjang hidup anda. Otak anda mengambil
perhatian, mengembangkan jalur syaraf untuk mengenali musik kebudayaan
anda. Pada usia 10 tahun, anda mulai membedakan mana musik baik dan mana
musik buruk. Pada usia 12, anda mulai mengidentifikasi diri dengan
pilihan musik. Pada usia 14, pilihan musik anda telah terkunci.
Salah
satu kritik musik menunjuk icon musik terbesar 50 tahun terakhir untuk
mengetahui fakta ini. Bob Dylan dan Paul McCartney keduanya 14 tahun
saat mereka terpaparkan Elvis dan keduanya menyatakan kalau hal tersebut
yang memicu mereka untuk berkarir di dunia musik. Ketika Beatles muncul
di the Ed Sullivan Show, Bruce Springsteen, Stevie Wonder, dan Billy
Joel semua berusia 14 tahun dan menontonnya.
Referensi
Hajdu, D. 2011. Forever Young? In Some Ways, Yes. http://www.nytimes.com/2011/05/24/opinion/24hajdu.html?_r=1&
Levitin, D.J. 2007. This is Your Brain on Music: The Science of Human Obsession. Plume.
Levitin, D.J. 2007. This is Your Brain on Powell’s: Reflections on a Great Bookstore and on Music. http://www.powells.com/essays/levitin.html
Homogenisasi Pop
Terdapat
kecenderungan kalau musik pop tumbuh semakin seragam dalam 50 tahun
terakhir. Dataset The Million Song menggunakan algoritma untuk
menganalisis lagu pop sejak tahun 1955. Program ini mengevaluasi lagu
berdasarkan kenyaringan, keragaman nada, kemajuan chord, dan tempo. Apa
yang ditemukan robot Johnny 5 adalah para musisi sekarang adalah peniru,
dan mereka semakin mirip seiring berjalannya waktu. Ketika
elemen-elemen dipecah, pola muncul. Bahkan walaupun set data ini
memeriksa berbagai genre pop seperti rock, hip hop, dan metal, trendnya
sangat jelas: semakin kurang beragam dan semakin nyaring. Seperti yang
diduga oleh para orang tua. Faktanya, para peneliti menyimpulkan kalau
pendengar modern sekarang terlatih untuk mengasosiasikan kenyaringan
dengan kebaruan:
“Karenanya, nada lama
dengan sedikit kemajuan chord, sonoritas instrumen baru yang sejalan
dengan kecenderungan modern, dan direkam dengan teknik modern yang
memungkinkan peningkatan level kenyaringan dapat dipersepsi dengan mudah
sebagai kebaruan, kegayaan, dan terobosan baru.”
Grafik berikut menunjukkan keanekaragaman timbral atau keanekaragaman suara lagu pop sejak tahun 1955:
Referensi
Carroll, S. 2012. Music Was Better in the Sixties, Man. Discover Magazine. http://mblogs.discovermagazine.com/cosmicvariance/2012/07/28/music-was-better-in-the-sixties-man/
Serra, J. et al. 2012. Measuring the Evolution of Contemporary Western Popular Music. Nature, July 2012.
The Million Song Dataset. http://labrosa.ee.columbia.edu/millionsong/
Sumber Utama:
0 komentar:
Posting Komentar