Bagaimana anda tahu apa yang harus didengar? Di tengah-tengah
kegaduhan pesta, bagaimana seorang ibu tiba-tiba fokus kepada suara
tangisan seorang anak, walau bukan anaknya sendiri?
Bridget Queenan seorang kandidat doktoral neurosains di Pusat Medis Universitas Georgetown meneliti kelelawar berjenggot (Pteronotus parnellii) untuk membantunya memecahkan teka-teki ini.
Pada pertemuan tahunan Perhimpunan Neurosains di San Diego, Queenan akan
melaporkan bahwa dia telah menemukan neuron-neuron dalam otak kelelawar
yang nampaknya "menyuruh diam" neuron lainnya ketika suara komunikasi
relevan datang. Proses tersebut menurut ibu Bridget bisa saja berlaku
juga pada manusia, seperti yang diberitakan oleh e! Science News (14/11/10).
Dalam penyelidikannya, dia juga menemukan bahwa "beberapa neuron
nampaknya tahu untuk berteriak lebih keras untuk melaporkan suara
komunikasi dalam kegaduhan."
"Jadi sekarang kita bisa mulai menyimpulkan bagaimana sel-sel dalam otak anda mampu menangani lingkungan indera kompleks tempat tinggal kita," tambah ibu Queenan.
Untuk memahami fungsi pendengaran otak, kelelawar secara khusus
merupakan hewan yang menarik untuk dipelajari karena hewan tersebut
memproses suara lewat gema lokasi (menentukan lokasi sesuatu dengan
mengukur waktu yang diperlukan oleh gema untuk kembali dari titik
tersebut) yang merupakan sejenis sonar biologis. Kelelawar menghasilkan
suara lalu mendengar gema tersebut yang dihasilkan ketika suara tersebut
terpantul dari obyek-oyek di sekitarnya. Kelelawar menggunakan gema ini
untuk mencari jalan dan untuk berburu.
Otak kelelawar tak hanya harus memproses aliran gema konstan tapi juga
harus secara bersamaan memproses komunikasi sosial kelelawar, tutur ibu
Queenan.
"Apa yang akan kita coba ketahui ialah bagaimana seekor kelelawar dapat
terbang sembari menggema lokasi, mengeluarkan bunyi berciut dan
mendengarkan suaranya sendiri yang terpantul balik di tengah-tengah
koloni ratusan kelelawar yang juga menggema lokasi dan mungkin secara
bersamaan mendengarkan kelelawar lainnya berkata 'hati-hati!' Kelelawar
memang kadang kala mengeluarkan suara hati-hati," katanya. "Malahan
kelelawar memiliki sekumpulan suara komunikasi: suara marah, suara
peringatan, dan suara yang mengatakan tolong jangan sakiti saya."
Wilayah pemrosesan pendengaran dalam otak kelelawar lebih besar dari
pusat-pusat lainnya, sama seperti pusat pemrosesan penglihatan pada
manusia yang lebih besar. "Manusia utamanya beraktifitas dengan
penglihatan jadi porsi besar dalam otak diperuntukkan bagi pemrosesan
penglihatan. Kelelawar di lain pihak beraktifitas dengan suara," kata
ibu Queenan.
Dalam studi ini, ibu Queenan beserta para koleganya menghadirkan
berbagai kombinasi suara gema lokasi dengan berbagai suara komunikasi
untuk membangunkan para kelelawar untuk melihat bagaimana neuron-neuron
dalam otak kelelawar menangani bunyi hiruk pikuk ini. Para peneliti
menemukan bahwa beberapa neuron kelelawar mengontrol aktifitas neuron
lainnya ketika suara-suara penting dirasakan. Para peneliti ini juga
menemukan neuron-neuron lain yang memperbesar persepsi komunikasi
kelelawar dalam latar kegaduhan suara. Kerjasama kumpulan neuron ini
memungkinkan kelelawar untuk mendengar apa yang perlu didengar.
"Semua organisme secara konstan terbebani dengan rangsangan-rangsangan
yang datang seperti suara, cahaya, getaran dan lain sebagainya, dan
sistem pancaindera kita harus menyortir rangsangan yang paling relevan
untuk membantu kita bertahan hidup," kata ibu Queenan. "Sebagai
manusia-manusia kita tak hanya sensitif terhadap tangisan seorang anak,
tapi kita memperhatikan kilasan cahaya lampu ambulans walaupun kita
sedang asik melakukan hal lain.
Ibu Queenan mengatakan bahwa tugas berikutnya ialah untuk merekam
neuron-neuron pada kelelawar yang tak hanya terbangun tapi terbang.
http://gumc.georgetown.edu/
Minggu, 16 Desember 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar